First love – Cia and Alice .
Perjalanan cintaku sudah lama berlangsung. Aku menyesal atas
apa yang terjadi. Tapi mungkin cia benar “it’s time to move on”. Sejak awal,
kisah cintaku telah diselimuti kabut, kabut yang sangat tebal. Karena alice,
aku tidak bisa melanjutkan hidupku. Karena alice, aku menutup diri pada dunia.
Dan sekali lagi, karena alice, aku seakan terus hidup di masa lalu. Tapi
ditengah-tengah setiap kesulitan yang kualami, aku meyakini bahwa semua ini ada
maksudnya.
Aku sudah bersikap bijak dan bodoh. Aku sudah mencintai
dengan segenap hati, memberikan seluruh cinta dan harapan. Dan meskipun aku
pernah terluka parah, aku tetap melanjutkan perjalananku. Kini, kutemukan
harapan baru. Setitik kecil sinar dalam kegelapanku. Dalam kesendirianku. Cia.
Begitu mudah aku mengenang saat-saat tanpa harapan ketika
alice meninggalkanku, rasa sesal yang tidak pernah berakhir, dan hari-hari yang
melelahkan itu akan berakhir. Aku merindukan alice, merindukan cia. Merindukan
keduanya.
Cia
Perjalanan dari Sydney ke Jakarta membutuhkan waktu sekitar 6 jam 40 menit, mungkin ia kini
sedang dalam perjalanan menuju Jakarta. Besok pagi, 6 jam dari sekarang aku
akan bertemu dengan sosok yang kurindukan. My second alice.Cia.
Malam ini aku tidak bisa memejamkan mata. Besok cia akan
menemuiku. Aku takut, ragu, dan entahlah. Aku tidak pernah benar-benar
mengenalnya. Bahkan dalam hati aku bertanya “ Apakah benar aku mencintai cia?”
atau aku hanya seorang pengecut yang mencoba mencari pelarian rinduku atas
alice. Pikiranku kalut. Kacau. Aku tidak lagi dapat berpikir dengan jernih. Aku
hanya memejamkan mata dan berharap bisa tidur secepatnya.
Keesokan paginya, segera setelah berurusan dengan kamar
mandi, aku makan pagi dengan 2 potong sandwicth dan segelas susu. Setelah itu,
kunyalakan televisi flat berukuran 29” tidak jauh dari tempat tidurku. Aku melihat ratusan wajah penuh kecemasan,
ada yang meratap, dan sebagian lain berusaha menenangkan yang lainnya.
Samar-samar kudengar
“ Hari ini pesawat garuda air yang menuju Jakarta akhirnya di evakuasi
setelah mengalami kecelakan dini hari tadi”.
“apa katanya? Apa yang dia katakan?”, tanyaku dalam hati.
“Kecelakaan Pesawat garuda air yang bertolak dari Sydney ke
Jakarta dipastikan tidak ada yang selamat” dan bla.. bla.. bla… aku tidak
peduli lagi.
Tiba-tiba ada keheningan mencekam dalam ruangan, seakan aku
tidak bisa bergerak, seolah sedikit gerakan akan mengubah nasib Cia yang ada di
dalam pesawat. Aku teringat kembali pada suatu hari lain, ketika aku duduk di
bangku SD. Aku menerawang dengan mata berlinangan. Aku ingat semua kepedihanku.
Rasa sakit seakan menjadi satu. Dengan langkah gontai, aku membaringkan tubuhku
ke tempat tidur, memejamkan mata dan berharap ini hanya mimpi. Aku tidak tahu harus
berbuat apalagi, aku berkata kepada diri sendiri, kepada Cia di alam sana “Cia,
seandainya kita berjumpa, tangan kita akan bertaut, dan kita akan saling
mengenal.Aku akan terus merindukanmu sebagaimana aku meridunkan
alice” isakku.
Aku tidak tahu bagaimana cara melewati hari itu, yang jelas
aku menidurkan diri sejadi-jadinya. Aku tidak ingat lagi. Terlalu sakit untuk
mengingatnya. Betapa menariknya kisah cinta yang kujalani. Menarik, tapi tidak
mudah.
Alice
Aku bertemu dengan alice, ia sedang berlibur di bali dan
menyempatkan waktu untuk berkunjung menemuiku. Kami banyak menghabiskan waktu
bersama. Nonton film, belanja di mal, dan sesekali mampir di restoran-restoran
mewah. Ia masih sama seperti dulu. Tidak banyak berubah. Masih alice yang sama
dan saat aku bersamanya, aku ingin waktu berhenti. Sungguh, ia tampak lebih
dewasa, gadis yang sangat luar biasa.
“Menurut pendapatku kau sangat memalukan”, alice tersenyum. “secara
mengelikan, kau berusaha mencariku lewat sosok cia” lanjutnya.
“Bukankah aku sudah mengatakan semuanya kepadamu” jawabku
malu.
“Tidak, kau banyak membohongiku” Cia mengatakannya dengan
bahasa yang membuatku terkesima.
Ya, aku, alice dan cia melakukan banyak hal seharian ini. Aku
tidak pernah membayangkan hal ini dapat terjadi. Aku bahkan membayangkan bahwa
cia dan alice akan saling membunuh jika bertemu. Tapi itu salah. Kami sangat
akur.
“Aku jelas setuju dengan kejutanmu”, aku memandang kearah
alice dan cia.
“apakah benar kau menangis saat kutinggalkan” alice bertanya
kepada dengan mata yang berbinar. “waktu itu aku masih kecil dan sadar atau
tidak, aku merindukanmu sama seperti kau merindukanku” berbisik di telingaku
dan membuat tersenyum lebar.
“Tidak, aku tidak pernah menangis untukmu, bahkan aku sangat
membencimu” candaku membuat alice dan cia tersenyum. “aku sudah punya cia
sekarang” seringaiku memandang alice.
“Ya, sejujurnya aku tidak tahu kau sungguh mencari alice
selama ini. Kau mau tahu, bagiku kau sangat aneh, mencari sosok alice dalam
diri seorang Cia” sahut cia sambil menggandeng tanganku menuju restoran
selanjutnya.
“kita makan malam direstoran itu saja” cia menunjuk ke arah
restoran jepang di seberang jalan.
“tentu saja, apa yang tidak bisa kulakukan untukmu tuan putri”
aku segera menuju ke restoran yang ditunjuk cia.
Suasana sudah cukup gelap. Seharian ini kami telah banyak
menghabiskan waktu bersama. Besok, alice dan cia harus segera kembali austarlia,
jika ada satu-satunya hal yang paling kuinginkan saat ini, itu pasti
menghentikan waktu saat ini.
Saat makan malam, aku, cia dan alice tidak mengatakan apapun
kecuali kisah cinta kami. Bagaimana aku menjalani hari tanpa alice, bagaimana
alice menjalani hari tanpaku, bagaimana aku bertemu cia, dan banyak bagaimana
lainnya.
Cia tidak pernah naik garuda air. Ia memutuskan transit di
bali lebih dulu untuk berlibur dan mengunjungi beberapa temannya di bali. Sehari
setelah berita kecelakaan itu, ia menghubungiku. Itu seperti keajaiban. Baru kemarin
aku menangis seorang diri dikamar. Dan sekarang, aku memiliki keduanya, alice
dan cia.
“kau jahat. Ku kira kau mengalami kecelakaan. Aku merasa
dunia telah berakhir. Dan kau tidak menghubungi. Kau menyiksaku nona”
Ia hanya tersenyum. Terkesan agak marah. Tapi ia tahu bahwa
aku sangat menyayanginya.
“Kau tahu, sebenarnya aku merasa bersalah kepadamu, tapi aku
sama tersiksanya denganmu, dan aku lega, ketika kau masih menginginkanku” alice
menatapku dengan mata yang bisa membuat setiap lelaki melakukan apapun yang ia
perintahkan saat ini.
“Aku sangat kaget saat mendapat pesan darimu di ICQ. Awalnya
aku hanya bercanda. Dan ingin memberitahumu bahwa cia adalah aku, alice,
temanmu. Tapi kau sungguh membuatku jatuh cinta saat itu. Aku tidak pernah tahu
kau sangat merindukanku dan itu membuatku ingin tahu apakah benar kau
mencintaiku sejauh itu” lanjutnya
serius.
Aku terdiam sejenak
dan berkata “Ya, seandainya kau tidak membohongiku, mungkin aku tidak
akan berani berkata jujur bahwa aku sangat menyukaimu.”
“kau tahu, aku ingin selalu menjadi alice, dan mengatakan
kejujuran padamu. Aku hanya takut kau marah kepadaku. Aku takut kau membeciku
karenanya. Karena mengirimkan foto temanku, karena membuatmu percaya bahwa cia
itu ada. Karena aku membohongimu” alice terdiam sesaat dan menghela nafas yang
dalam.
“sudahlah. it’s time
to move on, right?” aku
mengulangi kata-kata yang diberikan oleh Cia.
Ia tersenyum. Aku tahu, cia tahu, dan alice tahu apa arti
kata tersebut. Lupakan masa lalu dan terus melangkah.
Ya, cia tidak lain adalah alice. Mereka orang yang sama. Alice
hanya ingin tahu bagaimana perasaanku padanya. Dan ia menggunakan nama cia
untuk menguji kejujuranku. Aku begitu bodoh. Naïf. Sejak awal bertemu di
internet, aku merasa telah lama mengenal Cia.
Aku telah merasa kehilangan selama ini. Saat alice
meninggalkanku. Saat kukira cia mengalami kecelakaan. Sungguh itu sakit yang
tidak ingin kuulangi lagi. Kini, aku mendapatkan alice dipelukanku. Mendapatkan
Cia di pelukanku. Dan Aku berkata kepadanya “apapun yang terjadi, aku akan
selalu mencintaimu dan tidak ingin kehilangan dirimu untuk ketiga kalinya”.
Tulisan ini diikutsertakan dalam
lomba "First Love ~ Create Your Own Ending" yg diadakan oleh Emotional Flutter dan Sequin Sakura
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Nice story, hehehe. Thanks ya udah ikutan
fyuhh *shock jantung* Cia-nya sehat wal-afiat ya :)
Posting Komentar